Manfaat
Limbah Kelapa Sawit
1.
LATAR BELAKANG
Perkembangan bisnis dan investasi kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Permintaan atas minyak nabati dan
penyediaan biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang
bersumber dari crude palm oil (CPO) yang berasal dari kelapa sawit. Hal
ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak
sekitar 7 ton/hektar lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai yang hanya 3
ton/hektar. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan
perkebunan dan industri kelapa sawit karena memiliki potensi cadangan lahan
yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat.
Limbah
adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen pencemaran yang terdiri dari
zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah
industri dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu limbah cair, limbah
padat, dan limbah gas yang dapat mencemari lingkungan. Jumlah limbah cair yang
dihasilkan oleh PMKS berkisar antara 600-700 liter/ton tandan buah segar (TBS).
Limbah ini merupakan sumber pencemaran yang potensial bagi manusia dan
lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk mengolah limbah melalui pendekatan
teknologi pengolahan limbah (end of the pipe). Diantara
upaya tersebut adalah pemanfaatan limbah cair PMKS dengan proses digester
anaerob untuk memproduksi biogas.
2.
TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian tentang
kelapa sawit
2. Menjelaskan manfaat limbah kelapa
sawit
3. Menjelaskan dampak dari limbah
kelapa sawit
4. Menjelaskan cara pengolahan limbah
kelapa sawit
BAB
II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Definisi limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
pencemaran terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi
masyarakat. Limbah industri kebanyakan menghasilkan limbah yang bersifat cair
atau padat yang masih kaya dengan zat organik yang mudah mengalami peruraian.
Kebanyakan industri yang ada membuang limbahnya ke perairan terbuka, sehingga
dalam waktu yang relatif singkat akan terjadi bau busuk sebagai akibat
terjadinya fermentasi limbah.
Kelapa sawit adalah salah satu komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya
demikian pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi, produk samping
atau limbah pabrik kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah dari pabrik
kelapa sawit terdiri atas tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah
cair pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi),
proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya, limbah cair
industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga potensial
mencemari air tanah dan badan air. Sedangkan limbah padat pabrik kelapa sawit
dikelompokan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan
yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari
proses pengolahan berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), cangkang atau
tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur, dan bungkil. TKKS dan lumpur
yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya serangga lalat
dan potensial menghasilkan air lindi (leachate). Limbah padat yang berasal dari
pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan
air limbah.
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak
masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Indonesia merupakan
negara penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia
penyebarannya di daerah Aceh, Pantai Timur, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di
daerah tropis. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0 – 500 m dari
permukaan laut dengan kelembaban 80% – 90%. Tingginya dapat mencapai 24 meter.
Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil. 2000 – 2500 mm setahun,
yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau.
Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah
sawit.
2. MANFAAT LIMBAH KELAPA SAWIT
Kelapa sawit
terbukti memberikan peran yang nyata dalam pembangunan perekonomian, sosial dan
lingkungan di Indonesia. Peran tersebut terutama dalam hal: penyediaan lapangan
kerja, sumber pendapatan masyarakat, perolehan devisa bagi negara, mendukung
industri dalam negeri berbasis bahan dasar kelapa sawit, pemanfaatan lahan
kritis, sumber oksigen bagi kehidupan dan menyerap karbon dari udara.Luas areal
ini akan berkembang terus sejalan dengan kebijakan revitalisasi perkebunan,
kelapa sawit bukan monopoli perusahaan skala besar milik pemerintah dan swasta,
tetapi terbuka luas untuk diusahakan pekebun rakyat. CPO berasal dari pengolahan
Tandan Buah Segar (TBS). Setiap ton TBS yang diolah dapat menghasilkan 140 200
kg CPO dan limbah/produk samping, antara lain: limbah padat, limbah cair dan
gas. Limbah cair yang dihasilkan cukup banyak, yaitu berkisar antara 600 700
kg. Bilamana limbah/produk samping ini tidak diolah akan menimbulkan masalah
berupa; penumpukan limbah dan resiko cairan dan gas. Potensi Limbah Kelapa
Sawit Limbah Kelapa Sawit memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan memberi nilai
ekonomi dalam bidang pertanian dan industri, yaitu; pupuk, kompos, kertas,
arang, dan sebagainya. Limbah Kelapa Sawit terdiri dari tandan kosong, pelepah,
daun, serat buah, cangkang, limbah cair dan gas. Pada Tabel 1 disajikan Jenis,
Potensi dan Manfaat Limbah Kelapa Sawit. Limbah kelapa sawit menghasilkan unsur
hara makro yang diperlukan tanaman, seperti Nitrogen, Posfor, Kalium, Magnesium
dan Calsium. Minyak sawit dan produk minyak sawit lainnya dapat diolah lebih
lanjut menjadi minyak goreng, mentega, dan bahan baku untuk industri. Pada industri
makanan, minyak sawit digunakan untuk mentega, shortening, coklat, diitive, minyak
goring, es krim dan lain sebagainya. Pada industri obat-obatan dan kosmetik
digunakan untuk krim, shampo, lotion, pomade, vitamin, dan β-karoten. Sedangkan
pada industri kimia digunakan sebagai bahan kimia untuk pembuatan detergen,
sabun, dan minyak.
Berbagai
penelitian telah dilakukan menunjukkan bahwa limbah kelapa sawit dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Berikut akan dijelaskan manfaat limbah
kelapa sawit.
1. TKKS untuk pupuk organik
Tandan kosong kelapa sawit daoat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.
Ada beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan sebagai berikut :
a.Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Pada prinsipnya pengomposan TKSS untuk menurunkan nisbah C / N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C / N tanah. Nisbah C / N yang mendekati nibah C / N tanah akan mudah diserap oleh tanaman.
b. Pupuk Kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan akan menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut ternyata memiliki kandungan 30-40%, K2O, 7%P2O5, 9%CaO, dan 3%MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200ppmFe, 1.00 ppm Mn, 400 ppmZn, dan 100 ppmCu. Sebagai gambaran umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS/ hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8 ton KCL; 2,2 ton kiersit; dan 0,7ton TSP. dengan penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O 30-38% dengan pH 8 – 9.
c. Bahan Serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot (pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri.
1. TKKS untuk pupuk organik
Tandan kosong kelapa sawit daoat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.
Ada beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan sebagai berikut :
a.Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Pada prinsipnya pengomposan TKSS untuk menurunkan nisbah C / N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C / N tanah. Nisbah C / N yang mendekati nibah C / N tanah akan mudah diserap oleh tanaman.
b. Pupuk Kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan akan menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut ternyata memiliki kandungan 30-40%, K2O, 7%P2O5, 9%CaO, dan 3%MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200ppmFe, 1.00 ppm Mn, 400 ppmZn, dan 100 ppmCu. Sebagai gambaran umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS/ hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8 ton KCL; 2,2 ton kiersit; dan 0,7ton TSP. dengan penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O 30-38% dengan pH 8 – 9.
c. Bahan Serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot (pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri.
2.
Tempurung buah sawit untuk arang
aktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri. Antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi.
3. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif itu adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan bahan pulp kertas dan papan serat.
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri. Antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi.
3. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif itu adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan bahan pulp kertas dan papan serat.
4. Batang kelapa sawit untuk perabot
dan papan artikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari setiapbatang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari setiapbatang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.
5. Batang dan pelepah sawit untuk
pakan ternak
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat tiga cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak, yaitu pertama pengolahan menjadi silase, kedua dengan perlakuan NaOH dan yang ketiga adalah pengolahan dengan menggunakan uap.
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat tiga cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak, yaitu pertama pengolahan menjadi silase, kedua dengan perlakuan NaOH dan yang ketiga adalah pengolahan dengan menggunakan uap.
3.
DAMPAK LIMBAH KELAPA SAWIT
Peningkatan produksi dan konsumsi dunia terhadap minyak sawit secara langsung
dapat meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada proses produksi
minyak sawit limbah berwujud padat, cair, dan gas dihasilkan dari berbagai
stasiun kerja dari pabrik. Setiap ton tandan buah segar (TBS) yang diolah men
jadi efluen sebanyak 600 liter. Limbah tersebut berdampak negatif terhadap
lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Dewasa ini mulai
diperkenalkan pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan terhadap sumber-sumber
dihasilkan limbah, seperti eco-efficient, pollution prevention, waste
minimization, waste minimization atau source reduction. United
Nation Environment Programme (UNEP) menggunakan istilah cleaner
production atau produksi bersih sebagai upaya preventif dan intregrasi yang
dilaksanakan secara berkesinambunan terhadap proses dan jasa untuk meningkatkan
efisiensi dan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.
4. CARA PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT
Produk utama
adalah minyak sawit, CPO dan CPKO, yang selanjutnya menjadi bahan baku industri
hilir pangan maupun non pangan. Di samping produk utama CPO dan CPKO serta
produk-produk turunannya secara lebih rinci dalam pohon industri kelapa sawit,
dapat dilihat potensi produk-produk sampingan seperti tandan kosong, pelepah
dan batang, serta limbah padat dan limbah cair. Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri
strategis, berkembang di Negara Negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan
Thailand. Perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat,
dimana terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya
kebutuhan masyarakat. Dengan besarnya produksi yang mampu dihasilkan berdampak
positif bagi perekenomian Indonesia. Di masa akan datang, industri minyak
kelapa sawit ini dapat diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun
seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, dampak positif dari
perkembangan Seperti sektor agroindustri umumnya dan perkebunan kelapa sawit
khususnya, juga diikuti oleh dampak negative terhadap lingkungan akibat
dihasilkannya limbah cair, padat dan gas dari kegiatan kebun dan Pabrik Kelapa
Sawit (PKS). Untuk itu tindakan pencegahan dan penanggulangan dampak negatif dari
kegiatan PerkebunanKelapa Sawit dan PKS harus dilakukan dan sekaligus
meningkatkan dampak positifnya.
1.
Sekilas Tentang Kegiatan Pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit
Tandan buah Segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke lokasi Pabrik
Minyak Sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan ke dalam Loading Ramp,
Tandan Buah Segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan
penimbangan (Weighing Brigae) . Perlu diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO
yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisis buah (TBS) yang diolah dalam
pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan
kehilangan didalam pengolahannya, sehingga kualitas hasil tidak semata-mata
tergantung dari TBS yang masuk ke dalam Pabrik.
1.
Perebusan
Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori rebusan
yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukkan ke
dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air yang
bertekanan antara 2.2 sampai 3.0 Kg/cm2. Proses perebusan ini
dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat menurunkan kuaiitas minyak.
Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah mudah lepas dari tandannya dan
memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air dari biji. Proses
ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang
berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat
dihasilkan kondensat yang mengandung 0.5% minyak ikutan pada temperatur tinggi.
Kondensat ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah yang sudah
direbus dimasukan ke dalam Threser dengan menggunakan Hoisting Crane.
2. Perontokan Buah dari Tandan
Padatahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan dengan
menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian ditampung
dan dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester. Tujuannya untuk memisahkan brondolan
(fruilet) dari tangkai tandan. Alat yang digunakan disebut thresher dengan drum
berputar (rotari drum thresher). Hasil stripping tidak selalu 100%, artinya
masih ada brondolan yang melekat pada tangkai tandan, hal ini yang disebut
dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk
mengatasi
hal ini, maka dipakai sistem “Double Threshing”. Sisitem ini bekerja dengan
cara janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari thresher
pertama, tidak langsung dibuang, tetapi masuk ke threser kedua yang selanjutnya
EFB dibawa ketempat pembakaran (incinerator) dan dimanfaatkan sebagai produk
samping.
3. Pengolahan Minyak dari Daging Buah
Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan ke dalam
Digester atau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini dimaksudkan supaya buah
terlepas dari biji. Dalam proses pengadukan (Digester) ini digunakan uap air
yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 80° – 90°C.
Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukkan ke dalam
alat pengepresan (Scew Press) agar minyak keluar dari biji dan fibre.Untuk
proses pengepresan ini perlu tambahan panas sekitar 10% s/d 15% terhadap
kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar
dan ampas serta biji.Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil
Tank, harus dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian
dilakukan penyaringan (Vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji yang masih
mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji
(Depericarper). Dalam proses penyaringan minyak kasar tersebut perlu
ditambahkan air panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut. Minyak
kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke dalam Decenter guna memisahkan Solid
dan Liquid. Pada fase cair yang berupa minyak, air dan masa janis ringan
ditampung pada Countnuous Settling Tank, minyak dialirkan ke oil tank dan pada
fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung ke
dalam Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke Sludge Separator untuk memisahkan
minyaknya.
4. Proses Pemurnian Minyak
Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan
kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier
untuk memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo
Balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storage Tank).
2.
Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit
Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang
terdiri dari Tandan Kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah
cair yang terjadi pada in housekeeping. Limbah padat dan limbah cair pada
generasi berikutnya dapat dilihat pada Gambar 2. Pada Gambar tersebut terlihat
bahwa limbah yang terjadi pada generasi pertama dapat dimanfaatkan dan terjadi
limbah berikutnya. Terlihat potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sehingga
mempunyai nilai ekonomi yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah
dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk
sintetis (Urea, TSP dan lain-lain).
Limbah padat Tandan Kosong (TKS) merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup
besar yaitu sekitar 6 juta ton yang tercatat pada tahun 2004, namun
pemanfaatannya masih terbatas. Limbah tersebut selama ini dibakar dan sebagian
ditebarkan di lapangan sebagai mulsa. Persentase Tankos terhadap TBS sekitar
20% dan setiap ton Tankos mengandung unsure hara N, P, K, dan Mg berturut-turut
setara dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg CIRP; 12 Kg MOP; dan 2 Kg Kieserit. Dengan
demikian dari satu unit PKS kapasitas olah 30 ton TBS/jam atau 600 ton TBS/hari
akan menghasilkan pupuk N, P, K, dan Mg berturut-turut setara dengan 360 Kg
Urea, 72 Kg CIRP; 1.440 Kg MOP; dan 240 Kg Kiserit (Lubis dan Tobing, 1989).
Sedangkan limbah padat seperti cangkang dan serat sebesar 1,73 juta ton dan
3,74 juta ton.
3.
Pengelolaan Limbah Cair
a.
Karakteristik Limbah Cair Industri Kelapa Sawit
Pada proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, selain menghasilkan minyak
sawit tetapi juga menghasilkan limbah cair, dimana air limbah tersebut berasal
dari :
· Hasil kondensasi uap air pada unit
pelumatan ( digester) dan unit pengempaan (pressure). Injeksi uap
air pada unit pelumatan bertujuan mempermudah pengupasan daging buah, sedangkan
injeksi uap bertujuan mempermudah pemerasan minyak. Hasil kondensasi uap air
pada kedua unit tersebut dikeluarkan dari unit pengempaan
· Kondensat dari depericarper, yaitu
untuk memisahkan sisa minyak yang terikut bersama batok/cangkang
· Hasil kondensasi uap air pada unit
penampung biji/inti. Injeksi uap kedalam unit penampung biji bertujuan
memisahkan sisa minyak dan mempermudah pemecahan batok maupun inti pada unit
pemecah biji
· Kondensasi uap air yang berada pada
unit penampung atau penyimpan inti
· Penambahan air pada hydrocyclone
yang bertujuan mempermudah pemisahan serat dari cangkang.
· Penambahan air panas dari saringan
getar, yaitu untuk memisahkan sisaminyak dari ampas.
Limbah cair kelapa sawit mengandung konsentrasi bahan organik yang relatif
tinggi dan secara alamiah dapat mengalami penguraian oleh mikroorganisme menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Limbah cair kelapa sawit umumnya berwarna
kecoklatan, mengandung padatan terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan
residu minyak dengan kandungan BOD tinggi. Berdasarkan hasil analisa pada tabel
1 menunjukkan bahwa limbah cair industri kelapa sawit bila dibuang kepengairan sangat
berpotensi untuk mencemari lingkungan, sehingga harus diolah terlebih dahulu
sebelum di buang keperairan. Pada umumnya industri kelapa sawit yang berskala
besar telah mempunyai pengolahan limbah cair.
b. Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Kelapa Sawit
Teknik pengolahan limbah cair industri kelapa sawit pada umumnya menggunakan
metode pengolahan limbah kombinasi. yaitu dengan sistem proses anaerobik dan
aerobik. Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kemudian dialirkan ke
bak penampungan untuk dipisahkan antara minyak yang terikut dan limbah cair.
Setelah itu maka limbah cair dialirkan ke bak anaerobik untuk dilakukan proses
anaerobik. Pengolahan limbah secara anaerobik merupakan proses degradasi
senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat dalam
limbah cair oleh bakteri anaerobik tanpa kehadiran Oksigen menjadi biogas yang
terdiri dari CH4 (50-70%), serta N2, H2, H2S dalam jumlah kecil. Waktu tinggal
limbah cair pada bioreactor anaerobik adalah selama 30 hari.Berdasarkan hasil
analisa diatas menunjukkan bahwa proses anaerobik dapat menurunkan kadar BOD
dan COD limbah cair sebanyak 70 %. Setelah pengolahan limbah cair secara
anaerobik dilakukan pengolahan limbah cair dengan proses aerobic selama 15
hari. Pada proses pengolahan secara aerobik menunjukkan penurunaan kadar BOD
dan Kadar COD adalah sebesar 15 %, yaituBerdasarkan hasil analisa diatas
menunjukkan bahwa air hasil olahan telah dapat dibuang ke perairan , tetapi
tidak dapat digunakan sebagai air proses dikarenakan air hasil olahan tersebut
masih mempunyai warna kecoklatan.
c.
Kombinasi Proses pengolahan anaerobik-aerobik- membran reverse osmosis
Pada pengolahan limbah cair kelapa sawit, pengolahan akhir adalah proses secara
aerobik dan setelah air hasil olahan dapat dibuang ke perairan. Hal ini
bertujuan untuk memanfaatkan air hasil olahan tersebut untuk recycle dan air
minum, sehingga perlu dilakukan pengolahan lagi. Air hasil olahan dari proses
aerobik dialirkan ke membran reverse osmosis dengan tekanan 8 kg/cm2 dan laju
alir 100 ml/menit. Air hasil olahan dari membran reverse osmosis kemudian
dianalisa.Berdasarkan dari hasil analisa diatas menunjukkan bahwa air hasil
olahan dari pengolahan kombinasi diatas effluentnya dapat digunakan sebagai air
minum dan dapat digunakan untuk recycle air proses.
d.
Pemanfaatan limbah cair “CPO parit” untuk pembuatan biodiesel
CPO parit merupakan limbah cair hasil proses pengolahan kelapa sawit yang dapat
mencemari air dan tanah. Namun, dengan adanya proses pengolahan CPO parit
menjadi biodiesel maka CPO parit tersebut menjadi lebih bermanfaat. CPO parit
memiliki kandungan CPO yang relatif sedikit yaitu sekitar 2% dari jumlah CPO
keseluruhan yang dihasilkan. Adapun alur proses pengutipan CPO parit adalah sbb
:
· Hasil bawah dari alat centrifuge yang
berupa campuran air, kotoran, dan minyak pada pengolahan CPO, mengalir ke
parit-parit pembuangan
· Aliran ini berkumpul di suatu tempat
yang disebut pad feed I yang dilengkapi dengan mesin pengutip minyak
· Minyak yang terkumpul oleh mesin
dialirkan pada tangki penampungan minyak untuk diproses kembali
· Sisa minyak yang tidak terkumpul
pada mesin pengutp minyak, dialirkan menuju kolam pad feed II yang
mengandung artikel kotoran yang sangat banyak
· Kemudian aliran slurry (air,
lumpur yang terbawa, minyak) ini dikumpulkan pada kolam penampungan minyak
terakhir yang dilengkapi dengan mesin rotor yang berputar untuk memerangkap
minyak lalu dialirkan ke tangki pengumpul minyak. Minyak inilah yang kemudian
disebut dengan CPO parit.Komposisi yang terdapat dalam minyak CPO parit terdiri
dari trigliserida – trigliserida (mempunyai kandungan terbanyak dalam minyak
nabati), asam lemak bebas /FFA, monogliserida, dan digliserida, serta
beberapa komponen – komponen lain seperti phosphoglycerides, vitamin,
mineral, atau sulfur.Salah satu alternatif pengolahan CPO parit adalah dengan
mengolahnya menjadi biodiesel. Pembuatan biodiesel dengan bahan baku CPO parit
sebagai sumber energi terbarukan adalah suatu pemanfaatan yang relatif baru.
Hal ini dapat menjadi solusi akan krisis energi saat ini, mengingat penggunaan
CPO menjadi biodiesel sebagai alternatif energi terbaharukan cukup mengganggu
pasokan untuk keperluan industri lain yang berbasiskan CPO misalnya industri
minyak goreng, margarin, surfaktan, industri kertas, industri polimer dan
industri kosmetik.
Proses
pembuatan biodiesel cpo parit:
Ada beberapa proses pengolahan biodiesel berbasis CPO parit, di antaranya
adalah esterifikasi dan transesterifikasi yang termasuk dalam proses
alkoholisis. Proses esterifikasi dilakukan cukup dengan satu tahap untuk
menghilangkan kadar FFA berlebih di dalam CPO parit sedangkan proses
transesterifikasi dilakukan dengan dua tahap karena tahap pertama
transesterifikasi masih menyisakan jumlah trigliserida yang cukup banyak pada
akhir reaksi transesterifikasi I.Sebelum melakukan reaksi esterifikasi, CPO
parit yang akan direaksikan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam sentrifuse
untuk memisahkan kotoran padat (total solid) dan air dari CPO parit sehingga
tidak mengganggu reaksi esterifikasi nantinya.Proses esterifikasi yaitu
mereaksikan methanol (CH3OH) dengan CPO parit dengan bantuan katalis asam yaitu
asam sulfat (H2SO4). Dalam pencampuran ini, asam lemak bebas akan bereaksi
dengan methanol membentuk ester. Pencampuran ini menggunakan perbandingan rasio
molar antara FFA dan methanol yaitu 1 : 20, dengan jumlah katalis asam sulfat
yang digunakan adalah 0,2% dari FFA (Warta PPKS, 2008). Kadar methanol yang
digunakan adalah 98% (% b) sedangkan kadar asam sulfat yaitu 97%. Reaksi
berlangsung selama 1 jam pada suhu 63 0C dengan konversi 98% (Warta PPKS,
2008). Kemudian sebelum diumpankan ke reaktor transesterifikasi, hasil reaksi
dipisahkan dalam sentrifuse selama 15 menit. Lapisan ester, trigliserida, dan
FFA sisa diumpankan ke reaktor transesterifikasi sedangkan air, methanol sisa,
dan katalis diumpankan ke methanol recovery.Pada proses
transesterifikasi I dan II prinsip kerjanya sama yaitu mencampurkan kalium
hidroksida (KOH) dan metanol (CH3OH) dengan hasil reaksi pada
esterifikasi. Proses transesterifikasi ini melibatkan reaksi antara
trigliserida dengan methanol membentuk metil ester. Adapun perbandingan rasio
molar trigliserida dengan methanol adalah 1 : 6 dan jumlah katalis yang
digunakan adalah 1% dari trigliserida (Warta PPKS, 2008). Kadar KOH yang
digunakan untuk reaksi ini adalah 99% (% b) yang biasa dijual di pasar-pasar
bahan kimia. Semakin tinggi kemurnian dari bahan yang digunakan akan
meningkatkan hasil yang dicapai dengan kualitas yang tinggi pula. Hal ini
berhubungan erat dengan kadar air pada reaksi transesterifikasi. Adanya air
dalam reaksi akan mengganggu jalannya reaksi transesterifikasi. Lama reaksi
transesterifikasi adalah 1 jam, suhu 630C dengan yield 98% (Warta PPKS, 2008).
Hasil reaksi transesterifikasi I dimasukkan terlebih dahulu ke sentrifuse
sebelum diumpankan ke reaktor transesterifikasi II. Di sini terjadi lagi
pemisahan antara lapisan atas berupa metil ester, sisa FFA, sisa trigliserida,
dan sisa metanol dengan lapisan bawah yaitu gliserol, air, dan katalis asam
maupun basa.Kemudian proses dilanjutkan ke tahap pencucian biodiesel.
Temperatur air pencucian yang digunakan sekitar 60°C dan jumlah air yang
digunakan 30% dari metil ester yang akan dicuci. Tujuan pencucian itu sendiri
adalah agar senyawa yang tidak diperlukan (sisa gliserol, sisa metanol, dan
lain-lain) larut dalam air. Kemudian hasil pencucian dimasukkan ke dalam centrifuge
untuk memisahkan air dan metal ester berdasarkan berat jenisnya.Selanjutnya
adalah proses pengeringan metil ester dengan menggunakan evaporator yang
bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur di dalam metal ester.
Pengeringan dilakukan lebih kurang selama 15 menit dengan temperature 105°C.
Keluaran evaporator didinginkan untuk disimpan ke dalam tangki penyimpanan
biodiesel.
4.
Pengelolaan limbah padat
a.
Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai Kompos dan Pupuk Organik
Sebelum melakukan pengkomposan Tankos (Tandan Kosong), bahan baku ini dirajang
terlebih dahulu dengan ukuran antara 3-5 cm dengan memakai mesin rajang agar
dekomposisi dapat dipercepat. Penguraian bahan organik tergantung kepada
kelembaban lingkungan. Kelernbaban optimum antara 50-60%, dan jika kadar air
bahan >85%, perlu ditambahkan aktifator untuk mengurangi kadar air, agar
masa fermentasi lebih cepat. Selanjutnya dilakukan pengaturan pH antara
6,8-7,5.Kompos merupakan limbah padat yang mengandung bahan organik yang telah
mengalami pelapukan, dan jika pelapukannya berlangsung dengan baik disebut
sebagai pupuk organik. Inokulum yang digunakan dapat berasal dari bakteri yang
diisolasi atau kotoran ternak sebanyak 15-20%, dan dicampurkan dengan pupuk
urea sebagai sumber nitrogen, lalu diaduk secara merata dengan Tankos. Limbah
padat ini kemudian dimasukkan ke dalam fermentor yang disebut tromol dengan
kapasitas 3 m3. Waktu fermentasi berlangsung cukup lama yaitu antara
14-21 hari dengan menggunakan bakteri mesofil dan termofil. Tromol diputar
selama 5-7 jam perhari dengan kecepatan 2-3 rpm, dan suhu fermentasi antara
45-60oC. Pemutaran tromol bertujuan untuk mempercepat homogenasi dan
penguraian bahan organik majemuk menjadi bahan organik sederhana. Setelah
fermentasi, dan limbah mengalami biodegradasi menjadi kompos, lalu dikeluar-kan
dari dalam tromol, dan selanjutnya ditimbun dengan ketinggian 1 meter, atau
volume 1 m3. Tinggi rendahnya timbunan ini berpengaruh terhadap suhu
fermentasi selama penimbunan. Fermentasi di tempat terbuka ini masih
berlangsung antara 5-7 hari pada suhu antara 60-70°C. Selanjutnya
timbunan kompos ditebarkan pada hamparan yang cukup luas untuk menurunkan
suhunya, dan diayak dengan ukuran tertentu dan dikering anginkan.
b.
Pembuatan Papan Partikel dari Sabut Kelapa Sawit
Sabut kelapa sawit merupakan salah satu limbah terbesar yang dihasilkan dalam
proses pengolahan minyak sawit. Kebanyakan limbah berupa sabut ini biasanya
hanya dijadikan bahan bakar, dibuang atau ditimbun di dalam tanah saja. Sabut
kelapa sawit ini bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan papan partikel yang
berarti bisa mengatasi masalah pembuangan limbah sabut kelapa sawit sekaligus
memberikan nilai tambah secara ekonomi. MInyak yang terdapat pada sabut kelapa
sawit dapat mengganggu proses perekatan dalam pembuatan papan partikel. Oleh
karena situ kadar minyak harus dikurangi seminimal mungkin. Pengurangan kadar
minyak dapat dilakukan salah satunya dengan memasak sabut kelapa sawit dalam
larutan NaOH 10% selama 1 jam. Tahapan Pembuatan Papan Partikel Sebagai
berikut:
· Serat dari sabut kelapa sawit yang
akan digunakan dalam pembuatan papan partikel baik yang belum mengalami proses
pengurangan kadar minyak ataupun yang sudah mengalami proses pengurangan kadar
minyak, dibilas dan dicuci sampai bersih dan dikeringanginkan hingga kadar air
maksimal 10%.
· Timbang sabut kelapa sawit sesuai
kebutuhan.
· Perekat diteteskan sedikit demi
sedikit pada sabut kelapa sawit dan diaduk secara merata. Masukan adonan ke
dalam cetakan di atas plat besi dan dipa-datkan secara merata.
· Kemudian ditambahkan semen ke serat
yang telah dibasahi tersebut, kemudian diaduk dengan cepat sampai campuran
kelihatan homogen dan sempurna.
· Campuran tersebut kemudian dimasukan
ke dalam cetakan yang telah diolesi dengan minyak pelumas, kemudian dikempa
sampai tercapai tebal papan 1,2 cm.
· Papan dikempa selama 24 jam
· Papan yang dihasilkan dibiarkan
dalam ruangan yang sirkulasi udaranya baik selama 28 hari.
c.
Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa Sawit
Kertas adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan modern. Peranannya
sangat penting baik dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebudayaan maupun
untuk keperluan industri, rumahtangga serta keperluan lain yang sesuai dengan
kemajuan zaman. Pemanfaatan sabut kelapa sawit merupakan alternatif bahan baku
bagi pabrik-pabrik kertas untuk hasilkan kertas HVS, doorslag, manila, karton,
duplicator/cycto style dll. Tahapan Pembuatan :
· Sediakan sabut kelapa sawit kurang
lebih 0,5 kg yang bersih dari daunnya.
· Potong sabut kelapa sawit dengan
ukuran panjang 3 cm.
· Ambil kurang lebih 5 gr sabut kelapa
sawit yang telah bersih kemudian dipotong halus dengan pisau.
· Timbang berat sabut kelapa sawit
yang telah dihaluskan tadi dengan ketelitian 4 desimal.
· Tentukan kadar air dengan metode
Oven (dipanaskan sekaligus selama 4 jam dan ditimbang beratnya).
· Hitung kadar air bahan dan
persentase Berat Bahan Kering (BBK).
· Ambil serabut kelapa yang tersedia
dari sabut kelapa sawit yang bersih (point 1).
· Hitung kebutuhan NaOH yaitu 12% dari
BBK.
· Hitung kebutuhan air untuk pemasakan
jika perbandingan bahan (BBK) dengan air (ratio pemasakan) 1 : 10.
· Hitung kebutuhan air yang
ditambahkan yaitu kebutuhan air sesungguhnya dikurangi dengan air dalam bahan.
· Larutkan NaOH yang telah dipersiapkan
ke dalam air (point 10).
· Masak sabut kelapa sawit (point 7)
di dalam larutan NaOH selama 3,5 jam dalam suasana mendidih.
· Cuci pulp yang diperoleh sampai
netral.
·
Saring
· Peras air yang masih ada dalam pulp
sekaligus pulp yang didapat dijadikan 1 gumpalan.
· Timbang gumpalan pulp tersebut
(ketelitian dua desimal).
·
Ambil 10 gr dari gumpalan pulp dan
keringkan dalam Oven 105oC (selama 4 jam/berat konstan). Hitung BBK
yang diperoleh dalam persentase
· Dengan bantuan angka pada point di
atas dapat diketahui berat pulp yang diperoleh sesungguhnya pada point 16.
d.
Pembuatan Arang Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit
· Proses Karbonasi
Tujuan:
untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam bentuk unsur-unsur
non karbon, hidrogen dan oksigen.
1.
Cangkang kelapa sawit yang sudah
kering dimasukkan kedalam drum atau kaleng yang telah dibuang tutup bagian
atasnya dan diberi lubang sebanyak 4 buah dengan jarak yang sama pada tutup
bagian bawahnya.
2.
Ukuran lubang harus cukup besar agar
memungkinkan udara masuk.
3.
Drum ditempatkan pada 2 pipa di atas
tanah dan dibakar.
4.
Selama api menyala ditambahkan
cangkang sawit sedikit demi sedikit sampai setingga permukaan drum atau kaleng.
5.
Penambahan dilakukan dengan api yang
menyala kecil.
6.
Setelah itu drum/kaleng ditutup
dengan pelepah pisang atau karung basah dan dilapisi dengan penutup dari logam
yang ditutupkan rapat.
7.
Biarkan sampai menjadi dingin selama
semalam.
Proses
karbonasi dipengaruhi oleh pemanasan dan tekanan. Semakin cepat pemanasan
semakin sukar diamati tahap karbonasi dan rendemen arang yang dihasilkan lebih
rendah sedangkan semakin tinggi tekanan semakin besar rendemen arang.
· Proses Aktifasi
Tujuan: Untuk meningkatkan keaktifan dengan adsorbsi karbon dengan cara
menghilangkan senyawa karbon pada permukaan karbon yang tidak dapat dihilangkan
pada proses karbonasi. Proses aktifasi dapat dilakukan secara kimia menggunakan
aktifator HNO3 1% atau dapat juga dilakukan proses dehidrasi dengan
garam mineral seperti MgCL2 10% dan ZnCl2 10%.
1.
Arang hasil pembakaran dihaluskan
dan diayak dengan ukuran 150µm.
2.
Untuk aktifasi atau menghilangkan
ion logam yang terdapat pada arang cangkang sawit, material direndam dengan HNO3
1% atau MgCL2 10% dan ZnCl2 10% selama 3 jam.
3.
Kemudian dicuci dengan aquades
hingga pH netral.
4.
Dikeringkan pada temperatur kamar 1
minggu sebelum digunakan.
Manfaat
arang aktif diantaranya adalah : Bahan bakar alternative, Zat penghilang bau,
Pengontrol kelembaban yang efektif, Industri rumah tangga, Pemanasan di
industri peternakan
e. Asap Cair Dari Cangkang Kelapa
Sawit
Asap cair merupakan hasil kondensasi dari pirolisis kayu yang mengandung
sejumlah besar senyawa yang terbentuk akibat proses pirolisis konstituen kayu
seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Proses pirolisa melibatkan berbagai
proses reaksi yaitu dekomposisi, oksidasi, polimerisasi, dan
kondensasi.Pembuatan asap cair dilakukan dengan destilasi. Bahan cangkang sawit
sebelumnya dianalisa kadar hemiselulosa, selulosa dan lignin kemudian kadar
airnya dibuat menjadi 8%, 13% dan 18% dengan pengering kabinet. Asap cair
dibuat dengan memasukkan 1 kg cangkang sawit ke dalam reaktor kemudian ditutup
dan rangkaian kondensor dipasang.Selanjutnya dapur pemanas dihidupkan dengan
mengatur suhu dan waktu yang dikehendaki. Pada penelitian ini suhu yang
digunakan 350°C, 400°C dan 450 °C sedangkan waktu yang digunakan adalah 45
menit, 60 menit dan 75 menit yang dihitung pada saat tercapai suhu yang
dikehendaki. Asap yang keluar dari reaktor akan mengalir ke kolom pendingin
melalui pipa penyalur asap yang mana pada pipa ini terdapat selang yang dihubungkan
botol penampung untuk menampung tar , kemudian ke dalam kolom pendingin ini
dialirkan air dengan suhu kamar menggunakan aerator sehingga asap akan
terkondensasi dan mencair. Embunan berupa asap cair yang masih bercampur dengan
tar ditampung kedalam erlenmeyer, selanjutnya disimpan di dalam botol,
sedangkan asap yang tidak terembunkan akan terbuang melalui selang penyalur
asap sisa.Selanjutnya asap cair + tar yang terdapat didalam botol dilakukan
pengendapan untuk memisahkan tar dan asap cair.
f. Batang kelapa sawit untuk
perabot dan papan artikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan
menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat
sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan
partikel. Dari setiap batang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.
g. Potensi Produksi Xylose dari
tandan kosong
Rahman et.al (2006) meneliti bahwa tandan buah kosong kelapa sawit dapat
dijadikan sumber yang potensial untuk produksi xylosa. Biomassa tandan kosong
mengandung sellulosa, hemisellulosa dan lignin. Diperkirakan 24% dari total
biomassa tandan kosong tersusun atas xylan, polimer gula yang tediri dari gula
pentose yaitu xylose. Xylosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan
senyawa lain melalui proses kimia dan bioteknologi,salah satunya adalah
xylitol. Penggunaan xylitol sangat luas, mulai dari industri pangan (sebagai
pemanis alternative untuk penderita diabetes), sebagai antikariogenik dalam
formula pasta gigi,sebagai lapisan pembungkus tablet vitamin,dan
sebagainya.Pembuatan xylose dengan cara hirolisis asam,yaitu merendam tandan
kosong kelapa sawit dengan H2SO4 dengan konsentrasi,suhu
dan waktu tertentu. Setelah reaksi selesai,padatan yang dihasilkan dipisahkan
dari liquid dengan cara filtrasi. Disebutkan bahwa kondisi optimum yang
menghasilkan yield xylose terbanyak adalah pada suhu 119°C, waktu hidrolisis 60
menit,dengan konsentrasi asam sulfat 2%
Kami menjual bakteri pengurai limbah “StarBact” yang mampu mengurai limbah CPO sekaligus menghilangkan bau dan menetralisir cemaran. Bakteri probiotik sangat efektif membantu pelaku sawit dalam mengelola limbah cair di pabrik. Manfaat bakteri ini sanggup menghilangkan bau limbah dan menetralisir kandungan pencemar sehingga mampu mencegah pencemaran lingkungan.
BalasHapusSalam kenal..apakah bakteri tersebut bisa menurunkan kandungan ALB pada limbah CPO...tlg mail saya di iwanalisha@gmail.com.saya memerlukan bakteri tersebut seandainya bisa untuk menurunkan kandungan ALB nya..Thx
Hapusini dapet artikel dari mana ya gan?
BalasHapusboleh share literatur
wah postingan ini sangat membantu..
BalasHapuspejelasannya rinci, mmbantu saya dlm menyelesaikan tugas..
izin di salin d buku catatan..
dari pengolahan limbah kelapa sawit sendiri apakah bisa digunakan atau diolah menjadi margarin? dan kalau bisa bagian dari limbah mananya yang dapat digunakan ?
BalasHapusutuk cara pengolhan parit apa cocok dengan stuktur tanah yang banyak resapan nya (gambut)...
BalasHapusSalam untuk kita semua. Mungkin ada yg mau mengambil limbah kinyak sawit dr sebuah perusahaan
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMenjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller , waste water treatment , Loundry dll untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
BalasHapus081310849918
Terima kasih
Untuk jawaban limbah buangan gas tdk lengkap n kurang jelas, mohon dijelaskan
BalasHapusBaccarat - Free Bet of the Day - FEBCASINO
BalasHapusGet the BEST casino bonus kadangpintar available 바카라 사이트 from febcasino.com! ✓ Best Online Casino Bonus Guarantee ➤ Deposit & Withdrawal 메리트카지노 Now! ✓ Best Casino